Di tengah situasi politik yang semakin memanas di Israel, ratusan pemukim Haredi—komunitas Yahudi ultra-Ortodoks—menggelar demonstrasi besar dengan memblokir Jalan Tol 4 di kota Bnei Brak, yang terletak di kawasan metropolitan "Tel Aviv". Aksi ini dilakukan sebagai bentuk penolakan keras terhadap kebijakan pemerintah Israel yang mewajibkan warga dari komunitas Haredi untuk mengikuti program wajib militer. Bagi kelompok ini, pemaksaan tersebut dianggap bertentangan dengan keyakinan agama dan gaya hidup mereka yang telah bertahan selama puluhan tahun.
Demonstrasi ini bukan yang pertama kali terjadi, tetapi semakin menunjukkan eskalasi ketegangan antara pemerintah sekuler Israel dan komunitas religius yang selama ini mendapat pengecualian dari dinas militer. Selama bertahun-tahun, pemuda Haredi dibebaskan dari kewajiban militer dengan alasan mereka terdaftar sebagai pelajar di lembaga keagamaan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, desakan dari kalangan nasionalis dan kelompok sekuler untuk menghapus keistimewaan ini semakin menguat, terutama di tengah konflik yang kian berkepanjangan dengan Palestina.
Para pengunjuk rasa turun ke jalan dengan mengenakan pakaian khas mereka, membacakan doa, dan mengangkat spanduk penolakan. Mereka duduk di tengah jalan tol, menghentikan lalu lintas selama berjam-jam, dan menantang polisi yang berusaha membubarkan massa. Aksi ini tidak hanya mengganggu transportasi, tetapi juga menunjukkan betapa dalamnya perpecahan sosial di tubuh masyarakat Israel sendiri. Di satu sisi, ada tuntutan untuk persamaan kewajiban sipil, di sisi lain ada keteguhan komunitas terhadap hukum agama.
Pemerintah Israel menghadapi dilema besar. Di satu pihak, mereka ingin mempertahankan dukungan politik dari partai-partai religius yang menjadi bagian koalisi pemerintahan. Di pihak lain, tekanan publik agar semua warga, tanpa kecuali, ikut serta dalam beban militer semakin tak bisa diabaikan, apalagi ketika situasi keamanan nasional dianggap genting. Ketidakseimbangan ini memunculkan kecemburuan sosial yang makin tajam antar komunitas di Israel.
Demonstrasi ini juga mengungkap ketegangan internal di masyarakat Israel yang selama ini kerap luput dari perhatian dunia internasional. Sementara Israel secara agresif menerapkan wajib militer terhadap warga Arab dan kelompok lain, mereka menghadapi resistensi tajam dari komunitas Yahudi sendiri. Ini membongkar mitos homogenitas di dalam negara tersebut dan menampilkan realitas keretakan ideologis yang dalam.
Bagi komunitas Haredi, mempertahankan kehidupan berbasis Torah adalah prioritas utama. Mereka meyakini bahwa tugas mereka kepada bangsa adalah lewat doa dan studi agama, bukan lewat senjata. Namun dalam sistem negara-bangsa modern yang berbasis pada kekuatan militer, posisi ini dipandang sebagai penghindaran dari tanggung jawab sipil. Perseteruan ini menciptakan ruang konflik yang rumit antara negara, agama, dan hak individu.
Aksi pemblokiran jalan tol ini hanyalah salah satu ekspresi kemarahan yang lebih besar. Jika pemerintah tetap memaksakan kebijakan wajib militer kepada kelompok religius tanpa kompromi, maka gelombang penolakan yang lebih luas sangat mungkin terjadi. Dan ini dapat menggoyang stabilitas sosial internal Israel yang selama ini dibangun di atas kompromi rapuh antara kepentingan agama dan negara.
Dengan konflik di Gaza yang masih membara, dan tekanan internasional yang terus meningkat terhadap kebijakan militer Israel, penolakan dari dalam negeri sendiri menjadi tanda bahwa rezim Zionis bukan hanya menghadapi perlawanan dari luar, tapi juga dari warga negaranya sendiri. Demonstrasi di Bnei Brak ini menjadi simbol retaknya legitimasi nasional di mata sebagian rakyatnya.
Pernyataan terbaru Dr. Ghasib Avi Bitzur, Kepala Departemen Keamanan dan Pertahanan Sipil Israel, menyiratkan kekhawatiran mendalam atas perubahan peta kek
Pernyataan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) baru-baru ini mengguncang wacana politik Timur Tengah. Dalam sikap yang sangat terang, ia menyampaikan
Pernyataan terbaru dari Kepala Rosatom, Alexey Likhachev, menunjukkan sikap terbuka Rusia dalam menghadapi isu nuklir Iran yang semakin memanas. Dalam kome
Amerika Serikat telah lama dikenal sebagai sekutu utama Israel, baik dalam hal politik, militer, maupun diplomasi. Namun, posisi Amerika sebagai “penengah”
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang paling sakral dan menjadi hak spiritual seluruh umat Muslim di dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhi