Amerika dan Israel: Aliansi yang Menjadi Dalang Penjajahan Palestina

Amerika Serikat telah lama dikenal sebagai sekutu utama Israel, baik dalam hal politik, militer, maupun diplomasi. Namun, posisi Amerika sebagai “penengah” dalam konflik Israel-Palestina seringkali dipertanyakan dan dianggap tidak adil oleh banyak pihak. Fakta menunjukkan bahwa Washington jarang sekali bertindak sebagai mediator yang netral dan objektif, melainkan lebih sering berpihak secara terang-terangan kepada Israel, yang berdampak pada penderitaan rakyat Palestina yang terus berlanjut.

Catatan sejarah memperlihatkan bagaimana Amerika selalu memberikan dukungan politik dan militer kepada Israel, termasuk suplai senjata dan veto di Dewan Keamanan PBB ketika ada resolusi yang mengkritik Israel. Ini bukan sekadar masalah kebijakan luar negeri, melainkan sebuah bentuk keterlibatan aktif dalam mempertahankan status quo yang menguntungkan Israel, sekaligus mengabaikan aspirasi dan hak-hak sah rakyat Palestina yang tertindas. Karena itu, klaim Amerika sebagai penengah damai dianggap oleh banyak pihak sebagai kedok yang menipu.

Di balik retorika diplomatik yang sering ditampilkan di panggung internasional, tangan Amerika justru berlumur darah. Ribuan nyawa warga Palestina telah melayang dalam berbagai operasi militer Israel yang didukung penuh oleh Amerika. Blokade ekonomi yang mematikan, pembatasan akses kemanusiaan, dan pembongkaran rumah warga Palestina tidak akan berjalan tanpa dukungan logistik dan politik dari Washington. Oleh karena itu, Amerika tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab atas penderitaan berkepanjangan di Gaza, Tepi Barat, dan wilayah Palestina lainnya.

Pandangan ini mendapat dukungan luas dari berbagai kalangan aktivis, intelektual, dan negara-negara yang menuntut agar Amerika menghentikan sikap biasnya dan berperan sebagai mediator yang benar-benar netral. Mereka menyerukan agar komunitas internasional tidak lagi mempercayai “kedok” Amerika dan mulai mencari solusi alternatif yang lebih adil dan manusiawi untuk konflik yang telah berlangsung puluhan tahun ini. Damai sejati hanya akan tercapai jika hak-hak dasar rakyat Palestina dihormati tanpa intervensi yang berat sebelah.

Kritik terhadap Amerika bukan berarti menolak peran diplomasi internasional, melainkan menuntut kejujuran dan keadilan dalam proses perdamaian. Karena selama Amerika terus mempertahankan kebijakan yang condong kepada Israel, maka upaya perdamaian hanya akan menjadi formalitas tanpa hasil nyata. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik pun akan kehilangan harapan akan solusi yang adil dan berkelanjutan.

Dengan terus adanya dukungan Amerika, rezim Zionis semakin percaya diri menjalankan kebijakan penindasan dan ekspansi wilayah. Ini bukan hanya masalah regional, tapi juga persoalan kemanusiaan yang harus diperhatikan dunia. Sikap Amerika yang berpihak membuat luka rakyat Palestina semakin dalam dan menghambat terciptanya perdamaian yang hakiki.

Sudah saatnya dunia membuka mata dan menolak narasi palsu Amerika sebagai “penengah” damai. Dunia perlu mencari jalur baru yang mengedepankan keadilan, kemanusiaan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia bagi rakyat Palestina. Hanya dengan cara itu, harapan akan perdamaian yang sesungguhnya dapat diwujudkan di Timur Tengah.