Kota Tua Gaza kembali luluh lantak setelah pasukan udara Israel meluncurkan serangan brutal yang menghantam rumah-rumah warga Palestina serta deretan toko komersial di sekitarnya. Ledakan dahsyat mengguncang kawasan itu, memicu kebakaran besar yang menyebar cepat dan melahap bangunan-bangunan tua bersejarah. Api berkobar hebat, sementara asap hitam membubung tinggi, membungkus langit malam Gaza dalam suasana horor dan kepanikan. Warga yang sempat merekam momen-momen awal serangan memperlihatkan bagaimana detik demi detik kehancuran melanda, memaksa mereka melarikan diri demi menyelamatkan diri.
Tak butuh waktu lama, api yang awalnya hanya berkobar di satu titik dengan cepat menjalar ke bangunan-bangunan lain. Para pemadam kebakaran yang jumlahnya terbatas berjuang keras memadamkan api di tengah kekurangan air, selang yang rusak, dan akses jalan yang tertutup reruntuhan. Di sudut-sudut jalan sempit, warga bahu-membahu berusaha memadamkan api dengan ember seadanya, sementara suara jeritan meminta tolong terdengar dari bangunan yang masih terbakar. Situasi ini mengungkapkan betapa rentannya Gaza menghadapi serangan skala besar, tanpa perlindungan memadai bagi warganya.
Selain menghancurkan rumah warga, serangan ini juga memusnahkan toko-toko yang menjadi tumpuan ekonomi kecil di Kota Tua. Banyak pedagang kehilangan seluruh mata pencaharian mereka hanya dalam satu malam. Rak-rak barang terbakar, mesin-mesin rusak, dan stok dagangan lenyap menjadi abu. Bagi para pemilik toko, ini bukan sekadar kerugian materi, tetapi juga pukulan psikologis yang menghancurkan harapan mereka untuk bertahan hidup di tengah blokade dan penderitaan berkepanjangan.
Di rumah sakit terdekat, korban-korban berjatuhan terus berdatangan. Sebagian besar menderita luka bakar parah, patah tulang akibat tertimpa reruntuhan, atau gangguan pernapasan karena menghirup asap tebal. Para tenaga medis yang sudah kelelahan sejak berminggu-minggu sebelumnya kini kembali harus berjibaku menyelamatkan nyawa di ruang-ruang yang sudah penuh sesak. Kekurangan obat, listrik yang sering padam, serta keterbatasan alat-alat medis membuat setiap detik terasa seperti pertarungan melawan maut.
Serangan ini juga menorehkan luka mendalam di hati warga Gaza yang sudah lama hidup dalam ketakutan. Kota Tua, yang selama ini menjadi simbol sejarah dan kebudayaan, kini tinggal puing-puing yang menghitam. Anak-anak menangis ketakutan, para ibu memeluk erat anak-anak mereka, sementara para lelaki berusaha menyelamatkan sisa-sisa barang yang mungkin masih bisa dipakai. Tidak ada tempat yang benar-benar aman, tidak ada sudut yang terlindungi dari kehancuran yang datang dari langit.
Meski kecaman internasional terus menggema, serangan-serangan semacam ini terus terjadi tanpa jeda. Gaza seakan menjadi panggung tanpa aturan, tempat kekerasan bisa terjadi kapan saja tanpa ada yang bisa mencegah. Dunia menonton, mengutuk, namun tak bergerak. Sementara itu, warga Gaza terus menjadi korban dari kekerasan yang tak mengenal batas kemanusiaan. Serangan di Kota Tua ini hanya satu dari sekian banyak episode tragis yang menandai betapa rapuhnya kehidupan di Gaza.
Bagi warga Gaza, malam tadi bukan hanya soal kehilangan rumah atau toko, tetapi juga kehilangan rasa aman yang sudah lama menghilang. Setiap malam menjadi pertaruhan hidup dan mati, setiap suara dentuman menjadi isyarat untuk berlari, setiap hari membawa ancaman baru yang mungkin datang tanpa peringatan. Kehancuran yang tersisa bukan hanya fisik, tetapi juga kehancuran jiwa, harapan, dan masa depan yang terus dicabik-cabik.
Kini, Kota Tua Gaza berdiri dalam keheningan yang menakutkan, hanya menyisakan abu, puing, dan bau hangus yang menusuk hidung. Namun, di balik semua itu, warga Gaza tetap berdiri, meski goyah, tetap mencoba bertahan di tanah mereka, meski dunia seakan melupakan mereka. Karena di balik reruntuhan, masih ada sisa-sisa kekuatan yang menolak menyerah.
Gambar memilukan datang dari Gaza, wilayah yang kini tengah menghadapi krisis kemanusiaan berat akibat kelaparan hebat yang melanda penduduknya. Dalam sala
Di tengah konflik yang terus berkecamuk di Gaza, sebuah tragedi kemanusiaan yang memilukan kembali terungkap. Warga sipil yang kelaparan berusaha mengakses
Insiden mengejutkan terjadi di kota Boulder, Colorado, Amerika Serikat, ketika seorang pria asal Mesir menyerang aksi pendukung Israel dengan bom molotov.
Serangan rudal yang diluncurkan dari Yaman ke wilayah Israel baru-baru ini mengguncang kawasan Bandara Internasional Ben Gurion, salah satu bandara tersibu
Detik-detik mencekam ketika warga sipil di Gaza menjadi sasaran tembakan langsung oleh tentara rezim pendudukan Israel kembali mengungkap wajah kejam konfl